Poker Tulip - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat di sekitar Pantai Japutih dan Pantai Atiahu, Maluku Tengah untuk segera mengungsi jika merasakan guncangan.
Dwikorita menjelaskan, gempa susulan bisa memicu longsor tebing bawah laut sehingga menimbulkan tsunami non-tektonik. Tsunami jenis ini terjadi sangat cepat.
"Masyarakat diminta apabila nanti merasa guncangan gempa yang cukup kuat, mohon segera menjauhi pantai atau batas kuning, yaitu batas waspada. Menuju tempat yang lebih tinggi. Tanpa harus menunggu peringatan dini BMKG," kata Dwikorita saat lakukan konferensi pers virtual, Rabu (16/6/2021).
Guncangan sekecil apapun harus segera mengungsi
Dalam paparan lanjutannya, Dwikora memaparkan skala guncangan yang membuat warga sekitar pantai harus mengungsi.
“Siapa pun di pantai abaila merasakan guncangan gempa yang kuat, batasannya gimana kuat? Pokoknya kalau berdiri Anda akan terayung atau mau jatuh, segera cari tempat yang lebih tinggi,” ujar mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Hingga pukul 14.35 WIB, BMKG mencatat 13 gempa susulan dengan kekuatan maksimum 3,5 magnitudo.
Tsunami non-tektonik terjadi hanya dua menit setelah guncangan
Berdasarkan sejarah gempa dan tsunami di kawasan timur Indonesia, khususnya di wilayah Maluku Tengah, potensi bencana alam yang paling rentan adalah tsunami non-tektonik. Jenis bencana ini telah menetapkan teori 20-20-20 yang telah digunakan sebagai panduan aman untuk selamat dari tsunami.
“Teori 20-20-20 sebelumnya, seteleh 20 detik terasa gucangan, larilah ke tempat yang lebih tinggi 20 meter, karena tsunami akan datang setelah 20 menit. Teori ini sudah runtuh. Karena datangnya tsunami (nontektonik) tidak 20 menit, tapi 2 menit. Seperti yang terjadi di Palu,” jelas Dwikorita.
Belum ada alat untuk mendeteksi tsunami non-tektonik
Terakhir, Dwikorita menegaskan momentum evakuasi harus dilakukan segera setelah gempa susulan terjadi. Sebab, sangat mungkin peringatan dari BMKG datang terlambat, karena belum ada perangkat yang mampu mendeteksi terjadinya tsunami non-tektonik.
“Jepang, negara maju pun belum mampu mendeteksi tsunami secepat itu (yang terjadi hanya dua menit setelah guncangan). Karena itu, masyarakat diminta mencari tempat yang lebih tinggi ketika merasakan guncangan, tanpa menunggu sirine," pungkasnya.